Ibadat Pagi dan Ibadat Sore
Menurut tradisi seluruh Gereja, Ibadat Pagi dan Ibadat Sore merupakan dua sendi Ibadat Harian, yang harus dipandang dan dirayakan sebagai dua ibadat yang utama. (SC 89a)
Ibadat pagi dimaksudkan dan diatur untuk menyucikan pagi hari. �Maksud ibadat pagi adalah supaya gerakan pertama hati dan budi kita disucikan bagi Allah; janganlah kita menerima tugas sesuatu pun sebelum kita disegarkan oleh pemikiran akan Allah, seperti tertulis: �apabila aku ingat akan Allah, aku disegarkan� (Mzm 76/77:4) ; jangan sampai badan kita digerakkan untuk bekerja, sebelum kita melakukan yang dikatakan dalam mazmur: �kepadaMu aku berdoa ya Tuhan, waktu pagi Engkau mendengar seruanku, sejak pagi aku mengharapkan belas kasihMu� (Mzm 5:4-7)� St. Basilius Agung, regulae fusius tractate, resp 37:3 ; PG 31
Karakter utama dari ibadat pagi adalah pujian. Dan Ibadat pagi dilakukan saat fajar menyingsing mengingatkan kita pada kebangkitan Kristus, Sang Cahaya yang menyinari semua orang (Yoh 1:4), Sang Matahari Keadilan (Mal 4:2), yang terbit laksana fajar cemerlang (Luk 1:78). �Kita harus berdoa pagi, supaya kebangkitan Tuhan kita rayakan dengan doa pagi� St. Cyprianus De Oratione Dominica 35
Ibadat Sore dirayakan waktu matahari terbenam dan hari sudah senja, untuk �bersyukur atas anugerah yang telah kita terima pada hari itu dan atas kebaikan yang boleh kita perbuat� (St. Basilius, Regulae fasius tractate, Resp 37). Dalam Ibadat sore, kita juga mengenang kembali penebusan kita dengan doa, yang kita panjatkan �bagaikan dupa ke hadirat Tuhan, dengan tangan yang kita tadahkan bagaikan kurban petang� (Mzm 140/141 : 2). Kurban petang sejati, yang diwariskan oleh Tuhan Penyelamat waktu sore ketika sedang mengadakan perjamuan dengan para rasul untuk memulai misteri suci gereja. �Kita berdoa dan memohon, agar cahaya terbit lagi bagi kita. Kita berdoa untuk kedatanagn Kristus, yang akan menganugerahkan rahmat cahaya kekal�. St. Cyprianus De Oratione Dominica 35
Ibadat Bacaan
Maksud Ibadat Bacaan ialah memberi kesempatan lebih melimpah kepada umat Allah untuk merenungkan Kitab Suci dan karangan para penulis rohani. Doa harus didampingi dengan pembacaan Kitab Suci supaya terjadi dialog antara Allah dan manusia. Sebab, �kita berbicara dengan Allah apabila kita berdoa, kita mendengarkan Dia, apabila kita membaca sabdaNya�. St. Ambrosius, De Officiis Ministrorum, 1:20
Menurut konstitusi liturgi, ibadat bacaan memang tetap bersifat pujian malam, tetapi disesuaikan sedemikian rupa hingga dapat didaraskan pada setiap waktu. (SC 89)
Ibadat Siang
Menurut tradisi yang sangat tua, orang-orang kristen mempunyai kebiasaan berdoa beberapa kali sehari sebagai devosi pribadi, juga di tengah-tengah pekerjaan, sesuai dengan teladan Gereja Para Rasul. Lambat laun, tradisi ini diperkaya dengan pelbagai perayaan liturgi. Baik di Gereja Timur maupun Barat diselenggarakan ibadat sebelum tengah hari, tengah hari dan sesudah tengah hari. Ibadat-ibadat itu juga dihubungkan dengan kenangan akan sengsara Tuhan dan akan masa permulaan penyebaran Injil. Selain itu, karakter ibadat siang adalah pemeriksaan batin /permohonan peneguhan untuk bertahan dalam iman.
Ibadat Penutup / Completorium
Ibadat penutup adalah doa terakhir, yang didoakan sebelum istirahat malam sebelum semua aktivitas diakhiri dan dipasrahkan dalam kerahiman ilahi. Hal ini merupakan perlambang pula bagi akhir perjalanan hidup kita. Kidung Simeon merupakan puncak seluruh ibadat ini. Karakter utama dalam ibadat penutup adalah penyerahan diri dan kepasrahan kepada penyelenggaraan ilahi atas kehidupan kekal. Ibadat Penutup diakhiri dengan antiphone pujian kepada Maria Bunda Allah.
Sumber : http://parokisalibsuci.org/
Karakter dan Nilai Teologis Setiap Ibadat Dalam Ibadat Harian
Ginting Mergana
0
تعليقات
إرسال تعليق